Monday, November 26, 2007

Pak, ini dulu baru itu…

Pukul 18.00 Wita ditengah keramaian dan keributan, Made(bukan nama sebenarnya) lagi asyik konsen menonton Siaran di SCTV. Sehingga tidak menghiraukan situasi disekelilingnya, tidak lain bukan Liputan6 pemberitanya Rosianne Silalahi tontonannya yang membuat dia begitu cuek terhadap sekelilingnya. Begitu kagetnya apabila terdengar bahwa upah dikalangan dosen dan guru begitu naik drastis. Apalagi ia selaku dosen Perguruan Tinggi negeri di Bali. “Lagi pemerintahan SBY kali ya?”, tanyanya dalam hati yang begitu senang sekali.
Siapa yang gak senang kalo kita mengalami kenaikan gaji atau pendapatan? Udah bekerja berpuluh-puluh tahun dan masih setia ama pekerjaan itu, dan ketika mendengar kabar itu(kenaikan upah) ya..bisalah berlega hati. Apalagi dengan bapak Presiden kita yang baru disamping militer, intelek lagi (bukan promosi loh…). Itu semua bisa dirasai oleh bagi orang yang sudah bekerja seperti contoh diatas yang berprofesi Dosen perguruan tinggi mengalami kenaikan upah. Bagaimana dengan kita yang kaum intelek yang bukan sebagai dosen atau pengajar yang kerjanya hanya kuliah?
“Kapan mata kuliah ini cepat selesai ya?” kita sudah pasti pernah mendengar ungkapan seperti ini. Jangan bohong dech kita gak pernah mendengar ungkapan ini. Padahal kita sendiri lagi yang ungkapin begitu. Ungkapan itu merupakan salah satunya virus dari mahasiswa yang menganggap qualitas mengajar dosen kurang efektif dari pandangan kita. Itu salah satunya akibat dari kenaikan upah. Siapa sih yang gak mau upah tinggi tapi waktu kerjanya sedikit? Kalo gitu mari kita melamar dosen ramai-ramai. Itupun kalo tamatan sarjana diterima saat ini.
Sudah ke enam kalinya negara kita RI sudah mengalami pergantian presiden. Pergantian upah terhadap kalangan berprofesi juga sudah dilaksanakan. Contohnya aja ketika Presiden kita Gusdur juga mengalami kenaikan upah di kalangan masyarakat. Malah Pak SBY juga ikut-ikutan menaikkan upah pengajar(dosen dan guru). Sekarang bagaimana dengan sistem pendidikan di Indonesia sendiri? Tentunya dari segi biaya yang paling utama.
Makin tahun ke tahun biaya pendidikan Indonesia semakin mahal. Itupun jika kita merasainya jika sekarang. Buktinya aja hampir banyak perguruan tinggi sudah mengambil inisiatif untuk BHMN. Itu menyulitkan teman kita yang kurang mampu untuk masuk perguruan tinggi favoritenya misalnya UI, ITB, UGM, dan IPB. Padahal mereka cukup berprestasi di bangku SMU hingga juara kelas lagi. Begitu mereka lulus dan melihat biaya di perguruan tinggi yang begitu mencekik leher buyer harapan mereka. Putus semangatnya lagi ketika mereka lulus PMDK dan melihat biaya yang sangat absolute itu.
Sepertinya prihatin ya melihat teman kita yang tidak kuliah gara-gara biaya. Itu pasti Presiden kita kurang menanggapi tentang pendidikan negaranya sendiri. Padahal pendidikan termasuk masalah yang utama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Bukan menaikkan Upah pengajar untuk mencerdaskan bangsa. Karena pendidikan juga salah satunya penentu majunya Indonesia sekaligus mengubah pandangan negara luar. Siapa yang gak kepengen negaranya diacungkan jempol oleh negara lain di bidang pendidikan? “Pendidikan dulu baru upah” suatu ungkapan yang seharusnya dilontarkan kepada pemerintah baru kita.

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | fantastic sams coupons