Tuesday, June 02, 2009

Jika Arnie gak Ada Lagi...


Masih ingat film Terminator yang dibintangi Arnold Schwazenegger(Arnie) sehingga perusahaan film bisa meraup dana yang besar? Wajar bila perusahaan film masih tergiur untuk meraup penghasilan besar dengan melanjutkan ”serial” Terminator. Cerita fiksi yang semula merupakan rekaan sutradara James Cameron ini memang terbukti menjadi mesin uang yang telah menghasilkan lebih dari US$ 900 juta. Tapi lain halnya dengan Christian Bale: sebenarnya dia tak memerlukan peran apa pun dalam film ini, kecuali bila niatnya memang hanya menambah saldo di rekening banknya.

Bermain sebagai John Connor, protagonis sejak awal serial, Bale (betul, dialah Batman yang seolah baru kembali dari neraka dalam The Dark Knight) tak sepenuhnya meyakinkan. Dia seperti rutin saja mengekspresikan kegeraman terhadap kaum mesin, musuh John bahkan sebelum lahir. ”Kau dan aku, kita sudah berperang sejak sebelum kita masing-masing ada. Kau mencoba membunuh ibuku, Sarah Connor. Kau membunuh ayahku, Kyle Reese. Kau tak akan membunuhku!” katanya sebagai John saat berhadapan dengan Marcus Wright, cyborg ”salah kamar” yang dia kira musuhnya.

Performanya pun di bagian-bagian terpenting malah ”kalah set” dibanding akting Sam Worthington. Pendatang baru dari Australia ini mencuri perhatian dengan sangat efektif memerankan tokoh Marcus.

Memang, harus diakui bahwa penampilan mereka berdua itulah yang ikut menghidupkan skenario film ini, satu ramuan yang mengkombinasikan aksi dan (ya, sedikit) romantisasi. Tapi ini formula yang biasa di Hollywood. Dan formula itu saja, yang sayangnya sangat dominan di sini, tak cukup untuk menjadikan film ini bisa sejajar dengan pendahulunya yang secara artistik, kalaupun bukan monumental, ya, teruji oleh waktu—The Terminator, Terminator 2: Judgment Day, dan Terminator 3: Rise of the Machines.

Mula-mula, yang membedakan film ini dengan ketiga pendahulunya adalah setting cerita. Setelah lebih dari cukup bertutur tentang robot pemusnah yang melintasi waktu untuk mencegah John menjadi pemimpin pemberontak di masa depan, para penulis skenario tak punya pilihan selain berpindah jalur. Mereka harus berkisah tentang masa depan itu. Dan inilah masa depan itu: dunia yang telah remuk akibat holocaust nuklir; dunia dengan jaringan komputer cerdas Skynet yang berkuasa dan terus berusaha memusnahkan umat manusia.

Pada 2018 itu John sedang berusaha memimpin perlawanan manusia terhadap mesin yang dikendalikan oleh Skynet. Pada saat yang sama, Marcus, narapidana yang dihukum mati pada 2003 setelah bersedia mendonasikan organ dan jaringan tubuhnya melalui Dr Serena Kogan (Helena Bonham Carter), bangkit dari tidur panjangnya. Marcus tak sadar bahwa dia telah diubah menjadi cyborg yang diprogram untuk sebuah tujuan di masa depan. Di puing-puing Los Angeles yang sunyi mereka berdua bertemu.

Benar, film dengan setting pascaperang nuklir itu sudah terlalu banyak—Mad Max, Matrix, The Postman, Six-String Samurai, dan lain-lain. Karena itu, agar tak menjadi klise dan biasa-biasa saja, Anda harus membubuhkan sesuatu yang unik. Tapi justru itulah yang tak dimiliki oleh film yang berdasarkan kerangka waktunya bercerita tentang peristiwa yang mendahului (prekuel) film-film sebelumnya ini.

Hal yang lain: di film ini tak ada karakter yang sekuat sang Terminator, robot yang di tiga film terdahulu diperankan oleh Arnold ”Arnie” Schwarzenegger, dan robot-robot lawannya yang didukung efek khusus computer-generated imagery yang memang menakjubkan. Marcus sebenarnya bisa mengisi posisi itu. Tapi barangkali, dibandingkan dengan sang Terminator yang dingin dan menjengkelkan, dia hanya terlalu baik, seseorang yang mencoba ”kesempatan kedua” di dalam hidupnya.

Sang sutradara, McG (Charlie’s Angels), sudah memastikan film ini dibuat sebagai permulaan dari sebuah trilogi baru, yang lebih berfokus pada John dan perjuangannya. Tentu saja, dengan apa yang ada di sini, rasanya akan sulit bagi film-film lanjutannya untuk mencapai posisi seperti halnya tiga film Terminator. Ya, kecuali jika kelak, di tengah jalan, para penulis skenarionya menemukan pengganti sang Terminator yang setara, dan juga penerus… (siapa lagi kalau bukan) Arnie.

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | fantastic sams coupons